Jendral Baik Itu Telah Berpulang

By Admin


( Swary Utami Dewi)

14 Juni 2020

nusakini.com - Aku membuka wa jelang subuh ini dan mendapat berita Pak Pramono Edhie Wibowo wafat dalam usia 65 tahun, pada 13 Juni 2020 malam. Salah satu sahabat baikku kembali berpulang. Dan ingatanku tentang sosok beliaupun kembali tergambar.

Aku mulai mengenal Pak Pramono Edhie sejak belasan tahun lalu, saat beliau masih menjabat Pangdam Siliwangi sekitar akhir 2009, jika tidak salah ingat. Ketika itu aku tidak sengaja bertemu di Executive Lounge Garuda, yang saat itu dalam kondisi lumayan penuh. Aku ketika itu hendak terbang dari Jakarta ke Banjarmasin.

Aku celingak celinguk mencari tempat duduk, dan di sekitar tempat Pak Pramono Edhie masih ada satu tempat duduk kosong. Tempat duduk lain ditempati rekan beliau. Aku minta ijin menempati kursi kosong itu dan dengan ramah, aku dipersilakan duduk. Lalu kemudian, karena duduk berhadapan, aku bersalaman memperkenalkan diri. Beliau memperkenalkan diri sebagai Pak Edi. Kemudian kami sempat ngobrol agak panjang karena waktu itu ada flight delay.

Sungguh saat itu, aku tidak tahu sama sekali bahwa Bapak yang baru kukenal ini adalah Pramono Edhie Wibowo, adik Bu Ani Yudhoyono. Kalau nama Pramono Edhie Wibowo pasti hampir semua orang di Indonesia tahu atau pernah mendengar. Aku juga demikian. Tapi aku sama sekali tidak tahu wajah atau rupanya. Jadilah aku pertama kali mengenal beliau sebagai Pak Edi, orang baik, ramah dan sangat low profile. Beliau ketika itu mengenakan pakaian sipil. Tidak nampak sama sekali ada ciri-ciri tentara berpangkat tinggi pada diri beliau. Sementara aku saat itu, tetap dengan gaya biasa, banyak tertawa dan bicara apa adanya. Topik perbincangan adalah kegiatanku bersama petani dan masyarakat. Beliau banyak mendengar dan sesekali berkomentar.

Sesudah itu aku beberapa kali bertemu lagi, seingatku 2-3 kali, juga secara kebetulan, di lounge Garuda Cengkareng. Aku dan "Pak Edi" jadi berteman baik dan jika bertemu beliau biasanya minta diceritakan apa saja kegiatan terakhirku dengan masyarakat dan petani. Sampai saat itu, aku tetap saja mengenalnya sebagai "Pak Edi", orang sibuk yang urusannya banyak melanglang ke daerah-daerah.

Belakangan aku baru tahu bahwa ternyata "Pak Edi" ini adalah Pramono Edhie yang terkenal itu, Pramono Edhie Wibowo iparnya Pak SBY, yang kalau itu menjabat Presiden RI. Tahunya juga tidak sengaja, saat aku membaca koran di atas Garuda, di mana tertera berita tentang serah terima jabatan Panglima Kostrad. Di situ tertulis Pangkostrad yang baru adalah Pramono Edhie Wibowo, yang sebelumnya merupakan Pangdam Siliwangi. Saat melihat foto, aku bengong, bukankah ini Pak Edi, teman baik yang beberapa kali ngobrol di lounge Garuda itu?

Waktu mendarat, aku sms beliau menanyakan hal ini. Dan jawabannya ringan, "Itu mukanya mirip aja, Tam." Beberapa waktu kemudian, karena tidak sengaja bertemu beliau yang kebetulan mengenakan pakaian tentara, beliau tidak bisa mengelak. Sambil tertawa beliau melihat wajahku yang bengong dan mengajak ngobrol sesaat. Dan sejak itu, aku mengubah panggilan: dari Pak Edi menjadi Pak Pramono atau Pramono Edhie.

Saat pergantian KSAD sedang ramai dibicarakan pertengahan 2011, salah seorang yang menjadi perbincangan sebagai calon kuat adalah Pak Pramono. Aku sempat menanyakan via sms ke beliau, tapi tidak dijawab. Lalu pelantikan KSAD-pun dilakukan dan beliau menjadi pengganti Jendral George Toisutta. Aku sms mengucapkan selamat dan beliau membalas mengatakan berterima kasih seraya menjelaskan kenapa tidak menjawab smsku tentang calon KSAD, yakni karena tidak ingin ada berita apapun sampai ada pelantikan resmi.

Ketika Pak Pramono menjadi KSAD, seingatku waktu Ramadhan beliau ada berkunjung ke Kalimantan Selatan. Dan aku menyempatkan diri ngobrol sowan ke beliau di ruang tunggu eksekutif di Bandara Syamsuddin Noor.

Kemudian, saat tidak lagi menjadi KSAD, setahuku Pak Pramono lalu aktif di Partai Demokrat dan masih sering melakukan kunjungan ke daerah. Aku terakhir bertemu beliau di Palembang, Februari 2018, saat aku ikut Kunker Mentan Amran Sulaiman. Pak Pramono mengajak sarapan bersama. Keramahan dan tertawa ceria beliau tetap ada. Sekitar satu jam beliau mengajakku ngobrol tentang banyak hal. Aku menyempatkan diri berfoto pada saat aku pamit pulang.

Maka, saat jelang subuh ini aku membuka wa dan membaca berita temtang wafatnya beliau, rasa sedih itu kurasakan. Pak Pramono yang baik dan rendah hati ini berpulang ke haribaan Yang Kuasa. 

Bapak, tiada yang dapat kuucapkan, selain doa agar Bapak mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Aku bersaksi, Bapak adalah orang yang baik, ramah dan rendah hati serta layak menjadi panutan. Beristirahatlah dengan tenang, Pak. 


Al fatihah.